menu

DIAMBIL DARI BUKU HIDAYAH CERITA NYATA ( PERUT MEMBESAR DAN MEMBUSUK SAAT MENJELANG AJAL )

Derita demi derita terus ditanggung oleh Iami (40 tahun, bukan nama sebenarnya ),menjelang ajalnya. tubuhnya yang semula normal kini berubah menjadi kurus. sementara perutnya tak lagi sepertisedia kala. perut itu kini terus membuncit persis seperti seorang ibu yang sedang mengandung janin berusia sembilan bulan. Tidak itu saja.perlahan tapi pasti, kulit-kulit separuh badannya penuh dengan luka yang tak kunjung smebuh,hingga akhirnya membusuk dan baunya anyir yang menyebar dari separuh tubuhnya yang membusuk itu membuat para pelayat enggan untuk mendekati jenazahnya.
Begitulah derita bertubi-tubi melanda istri Risman (45 tahun bukan nma asebenarnya,saat-saat sebelum ajal menjemputnya . Lantas dosa apakah gerangan yang telah diperbuatnya dan bagaimana pula jejak keseharian yang ia jalani sepanjang harinya .
MENGUSIR IBU KANDUNGNYA
Ibu mana yang tidak sakit hatinya ketika ia harus diusir oleh anak kandungnya sendiri. Sementara,usia tua yang terus menghampirinya membuatnya tak lagi kuasa untuk mencari nafkah ,seperti sedia kala ketika ia masih kuasa jungkir balik mengais rizky untuk menghidupi diri dan anak-anak serta keluarganya. Itulah yang dialami Ibu Nini(bukan nama sebenarnya), seorang ibu tua yang usianya telah mencapai lebih dari 90 tahun, yang dengan berdarah-darah melahirkan Ismi kedunia fana ini.
Bagi orangtua seusianya, mampu mengurus dirinya sendiri adalah karunia yang tak ternilai harganya. Adapun untuk urusan mencari nafkah, tentu jauh memungkinkan.Namun, tidak demikian halnya bagi Ismi. Betapa pun ibu kandungnya itu sudah tua renta, ia harus tetap rajin membantu pekerjaan sehari-harinya dirumah,mulai dari menyapu,mencuci piring,memasak hingga berkebun.Bu Nini yang sudah tua itu terang saja tidak sanggup lagi menangani tugas keseharian seperti itu,seperti yang diharapkan Ismi.
Hari demi hari terus berlalu.Ismi dan Risman biasanya sejak padi sudah tidak terlihat dirumah.mereka bekerja diladang karet di kebun miliknya sendiri.Sebagai transmigran,setiap bulannya pemerintah mengalokasikan dana untuk kebutuhan sehari-harinya.Sehingga,Ismi dan Risman tak perlu repot-repot untuk sekedar makan maupun memenuhi kebutuhan harian lainnya.Apalagi tak banyak kepala yang harus ditanggungya.Kecuali dirinya,suami dan ibunya,Ibu Nini.Bantuan dari pemerintah sesungguhnya cukup untuk sekadar membantu kelangsungan hidupnya.
Bebrapa tahun lamanya,baik Ismi maupun suami dan ibunya terasa begitu menikmati apa yang didapatnya.Suasana harmonis dan kebersamaan sesekali nampak menghiasi keluarga ini.Semua berjalan seperti kebanyakan keluarga pada umumnya.Nyaris tak ada keluhan berarti maupun geliat gelar lain dari keseharian Ismi sendiri.Celakanya,kucuran dana dari pemerintah bagi kelangsungan hidup keluarga transmigran layaknya Ismi dan keluarganya tidak berlangsung lama,.Setelah beberapa tahun tinggal dilokasi transmigran,pemerintah tak lagi menguncurkan subsidi bagi keluarga itu.Sejak itulah,pemandanganya keluarga Ismi mulai menampakkan tanda-tanda perubahan yang kurang nyaman.Ismi mulai bingung sesekali ngomel.Tak jarang emosinya meluap-luap,tak lagi terkontrol.
Hingga suatu hari,peristiwa memilukan itupun terjadi.Hari itu terik mentari begitu menyengat.Ismi dan Risman yang baru pulang dari kebun karetnya merasa kecapaian.Letih bercampur haus dan dahaga bercampur menjadi satu.Mereka pun bergegas pulang kerumah.Setibanya dirumah Ismi mendapati pemandangan semeraut dan acak-acakan.Tak ada tanda-tanda kalau lantai rumah itu habis disapu.Sementara dikamarnya,Bu Nini tampak membisu.Ternayata keadaan itu membuat Ismi jengkel dan marah.Ia tidak mampu menahan emosinya yang memuncak. Kepada siapa lagi kemarahan itu harus ia muntahkan,kalau bukan kepada Ibu Nini,ibu kandungnya sendiri."keluaaaaaarrrr.......pergiiii...pergiiiii...!"teriak Ismi marah.Degg!bak petir disiang bolong,Ibu Nini kaget buakan kepalang.Guratan kesedihan menghujam tajam di dalam dadanya.Tak pernah ia membayangkan kalau anaknya bakal tega bersikap sekejam itu kepada dirinya.
Bu Nini yang memang sudah tidak berdaya hanya bisa pasrah.Tidak ada pilihan lain baginya,kecuali menuruti kemauan Ismi agar dia meninggalkan rumah yang sudah lama dihuninya.Denagan hati yang teriris dan air mata yang terus menggenang dieplupuk matanya,Ibu Nini menjejekan langkanya terseok-seok langkah wanitu tua itu terhenti pada sebuah rumah yang terletak sekitar 200 meter dari rumah Ismi.Salim pemilik rumah itu, tak lain adalah putranya.Ia adik adari Ismi.Salimlah yang menemani sisa hidup Ibu Nini hingga akhir hidupnya.Kepada Sai\lim,Ibu Nini mengungkapkan rasa sakit hatinya atas pengusiran dirinya dari rumah Ismi.Saking sakitnya,sampai-sampai seolah ia lebih memilih mati ketimbang harus mengenang sikap kejam anaknya yang tega mengusirnya."saya ingin mati"ujar Ibu Nini ketika itu.beruntung Ibu Nini tak ingin mengikuti hawa nafsunya,sejak dirinya diusir Ibu Nini lebih menyerahkan segala hidupnya kepada pengakuan sang Khalik.konon,seperti yang dituturkan Ali satu bulan lamanya setelah pengusiran atas dirinya,ia berpuasa.
Dan tak lama setelah itu,Ibu Nini menghembuskan nafas terakhirnya.Innalilahi wa innalillahi rojiun. Yang melayat banyaknya bukan main.Padahal kampung ini terbilang kampung baru.karena baru beberapa tahun dihuni para transmigran .sampai gang-gang kecil itu penuh "kenang Aji yang juga keponakan Ismi"
"Beras,makanan dan uang bertumpuk,mungkin karena nenek itu shaleh,ujarnya"
TERJERAT LILITAN HUTANG
Kebingunggan Ismi terus menjadi-jadi setelah sekian lama pemerintah tak lagi mengalokasikan bantuannya kepada keluarga transmigran.Apalgi Rika anak pungutnya,yang telah bertahun-tahun bekerja di sebuah restoran di Amerika tak lagi bisa diharapka.Rika adalah satu-satunya orang yang dianggapnya sebagai anak.perempuan itu ia asuh sejak kecil.Kabar terakhir yang beredar diam-diam Rika telah direbut oleh keluarga kandungnya.Menurut Aji,merebut kembali Rika kepangkuannya.karena,bagi mereka Rika telah menjadi anak yang bisa dijadikan tumpuan hidupnya,mengingat ia mampu berkarir dan menghasilkan uang.Kenyataan ini mengharuskan Ismi mencaari cara agar tetap bisa terus bertahan hidup.Apalagi Risman sudah lama tidak bekerja.suaminya itu sudah lama menganggur.
Berbagai upaya pun ia lakukan untuk menompang kebutuhan hidupnya sehari-hari.Salah satunya adalah membuka usaha kecil-kecilan dengan berjualan kue dikampungnya.Namun,lagi-lagi Ismi belum juga beruntung.Usaha kecil-kecilan yang dirintihnya dengan berjualan kue dikampungnya tak membuahkan hasil yang menggembirakan.Sebaliknya,ia justru sibuk mencari pinjaman kesana-kemari guna menutupi kerugian yang ditanggungnya.Tetangga,kerabat dan teman-temannya tak luput dari incaran hutangnya.Bahkan Ismi rajin meminjam uang kepada bank keliling.Sayangnya,gelagat Ismi yang suka meminjam duit,baik ketetangga maupun kebank keliling,tidak pernah tercium Risman.Sementara Ismi sendiri tidak pernah berterus terang kepada suaminya.Ia tidak pernah secara gamblang menceritakan ihwal uang yang diperolehnya,dari mana uang itu berasal .Malah Ismi kerap bilang kesuaminya bahwa uang itu hasil dari menjual kue padahal tidak.Uang yang diperoleh Ismi sealama ini adalah hasil pinjamannya dari bank keliling"Sama suami bilnagnya dapat uang ".Padahal uang itu hasil meminjam kebank keliling"terang Aji"
"Seharusnyakan terus terang kalau uang itu hasil dari pinjaman"tambahya.Aji menyesalkan ketidak terusterangnya bibinya terhadap suaminya.karena,pada akhirnya suaminya jugalah yang menanggung bebanya.Ismi hanyalah manusia biasa yang hidup dengan segala keterbatasannya.Beban hidup yang ditanggungnya terlalu berat baginya.Anak angkatnya yang tak lagi bisa diharapkan terus dikejar oleh jerat-jerat hutang yang melilitnya.Ismi stress.Dan,akhirnya jatuh sakit.
PERUT MEMBESAR DAN SEPARUH BADANNYA MEMBUSUK
Memasuki bulan ketiga tubuh Ismi masih tergolek dibebaringan.Tubuhnya terus mengurus,lemah tak berdaya.Apalagi nyaris tak ada lagi suplai makanan maupun cairan yang masuk ketubuhnya.Setiap kali Aji mencoba menyuapkan makanan kemulutnya spontan makanan itu dimuntahkan kembali.Begitu juga ketika ia menyuguhkan air kemulutnya,tak juga ditelanny.Meski Ismi sendiri terlihat berusaha untuk menelannya,tapi baik air maupun makanan itu enggan juga masuk ketubuhnya.Malah aia merasakan sakit yang luar biasa seperti orang dicekik setiap kali mau menelan makanan dan minuman.Anehnya lagi,meski tak ada suplai cairan dan makanan yang masuk,namun perutnya terus membesar.Dan,semakinhari perut itu terus membuncit."persis seperti orang yang tengah mengandung sembilan bualn,cerita Aji yang rajin mengunjungi rumah bibinya itu.
Menurut penuturan Aji yang diperoleh dari keterangan dokter waktu itu,Ismi di vonis terjangkit penyakit mag.Namun derita mag yang ditanggungnya tak kunjung sembuh,meski telah berobat kemana-mana hasilnya tetap nihil.Tiba-tiba Ismi meraung kesakitan"Huuuuuuuuuuhhhh aduuuu....hhhh!""aaaaa........aaaaaaa.....!"berkali-kali suara jerit kesakitan itu terdengar dari mulut Ismi.Bersamaan dengan jarum jam yang menunjuk kearah angka 6 pagi,suara raung kesakitan itu tak lagi terdengar.Ismi menghembuskan nafas terakhirnya,yang membuat Aji kemudian heran dan membuatnya tak habis berpikir adalah dalam hitungan menit tubuhnya sebelah kanan Ismi dipenuhi oleh luka-luka yang menjijikan.
Tubuhnya biru dan bau bangkai seperi habis digai dari kuburnya"tutur Aji".Yang lebih menjijikan bau itu tersebar hingga berbagai penjuru rumah tetangganya.sampai jarak hampir 100 meter tercium.berbagai upaya dilakukan keluarga untuk mengusir bau busuk itu.Namun apa hendak dikata.Maksud hatimemeluk gunung toh tak kesampaian juga.Meski aneka wewangian telah ditaburkan didekat jenazahnya,namun tak ada hasil yang menggembirakan,bau busuk itu tak juga lagi sirna.Serbuk kopi yang katanya ampuh untuk menghilangkan bau,ternyata tak cukup mengusir bau busuk itu.Sementara pengharum yang digantungdiruangannya,tak ubahnya pelengkap ruangan semata,tetap saja bau busuk itu menyegat.
Memang,tidak ada kejanggalan berarti selama prosesi penguburannya,Namun sebagaimana yang dituturkan Aji tak banyak yang datang sekedar memberikan salam penghormatanterakhir dengan ikut mengantarkan jenazahnya kepersinggahan terakhirnya.Bahkan,seperti lazimnya tiga hari berturut-turut orang-orang berdatangan untuk mengaji.Tapi,sampai hari ketiga tidak ada seorang pun yang datang untuk menkajikannya.
"Malah setelah jenazahnya dikebumikan,hujan turun tiap hari sampai seminggu baru reda,padahal saat itu bukanlah musim penghujan.Sebaliknya,saat itu musim panen ,biasanya jarang sekali hujan"terang aji".Beberapa hari setelah Ismi meninggal,banyak orang yang datang kerumahnya untuk menagih hutang-hutangnya.Namun harapan mereka untuk mendapatkan kembali uangnya berujung isapan jempol belaka.Apalagi Risman tidak pernah tahu menahu kalau Ismi memiliki banyak meminjam uang kepada mereka.Lgipula Risman hanyalah seorang pengangguran.Celakanya,hingga saat ini hutang-hutang itu belum juga terlunasi.Sementara keluarganya sudah tidak mau tahu lagi.......................

Tidak ada komentar: