Angin di pagi itu berhembus sangat pelan. Sementara suara-suara deru ombak didepan Pantai cirocok Pariaman, terasa menggesek telinga. Tepatnya didepan rumah yang berjejeran, tampak seorang gadis yang cukup dewasa melamun dengan pandangan yang terlihat kosong. gadis biasa itu bernama Ines. Wajahnya menggambarkan dirinya yang terus dalam kesepian. Apalagi kesunyian itu mengingatkannya pada seorang pemuda yang membuat hatinya terasa sakit. Siapa lelaki itu? Dialah lelaki yang selalu diidamkannya . Sayangnya cinta gadis itu bertepuk sebelah tangan. Tapi tak bisa juga lelaki itu disalahkan. Karna ia tak kena mengena tentang perasaan yang melanda Ines saat itu. “Bagaimana aku harus menyalahkan semua ini padanya? Sedangkan ia tak pernah tahu bagaimana jeritan hatiku saat berhadapan dengannya”. Keluh gadis itu dalam hati.
“Tunggu!!!!!! , Jerit wanita itu dalam menghentikan keluh kesah perasaannya. “Kenapa aku tak bilang saja padanya. Tentang rasa yang menggila ini. Atau kutitipkan saja salamku untuknya melalui orang yang dekat dengannya. Kenapa tidak, ini pasti bisa membantuku. Tapi ini kan gengsi. Dan menurutku itu harus dijaga. Habis harus bagaimana ?” ucapnya dalam resah yang berkepanjangan.
Gila….,dia memang sudah gila
dengan sosok lelaki yang memiliki aura berbeda ini. Bedanya bukan karna tampannya saja. Tapi sholehnya. Ia tak pernah temui lelaki yang sholeh seperti itu di zaman yang bagitu pelik ini. Susah memang mencarinya. Saat ia masih hanyut dalam bayangan pemuda itu, datang Aira adik nya yang biasanya sengaja mengulahnya itu. Karna Aira tahu, selama ini kakaknya tak pernah menyukai lelaki sedemikian rupa. Hingga mampu mengubah air tenang menjadi ombak yang menerjang di lautan.
“kak, kok segitu sukanya si kak ma tu cowok? Tanya Aira penuh penasaran. Ines hanya bisa tersenyum kecil mendengar gaya bicara adik bungsu nya itu.
“kamu masih kecil Ai, nanti kalau Ai dah gede pasti ngerti. itupun kalau prinsip yang Ai tanamkan tak jauh beda dengan kakak.
“emang apa bedanya tu cowok dibanding yang lain?sampai kakak yang ngak pernah peduli tentang hati kakak yang kan resah sendirian. Dan kenapa bisa membuat jiwa kakak jadi terenyuh gitu?
“eee maksud kamu apa? Terenyuh gimana? Anak kecil tahu apa?
“alah...kakak kayak ngak tahu aj ma perasaan sendiri...,
“ooo adik kakak dah berani cari-cari tahu tentang isi hati kakak ne? Ya udah, kakak bilangin ya,kakak tu memang suka sama lelaki itu karna sosok yang seperti dia itu susah ditemuin.... Kamu ngerti?
“ngak ngerti-ngerti banget.
“ya itu tadi, susah ngomong sama anak yang masih dibawah umur..Aira, kakak meminta kamu jangan gangguin kakak dong, banyak tugas kuliah ne...sana sana keluar.....kakak mo konsen tau. Kalo ada kamu nanyain hal yang sama tiap harinya,pusing tau ngaak,,....
“oke kakak ku sayang, aku tak kan mengganggumu memikirkan dambaan hatimu itu.he....
ketika hari mulai meredam, mentari hanya tersenyum sedikit saja. Ines masih terdiam tanpa kata, karna masih memikirkan pemuda yang syiak itu. Ia merasa hal ini adalah yang paling bodoh yang dirasakannya. Tapi ia tetap optimis, dan selalu memberi luang kecil dalam setiap kesibukannya untuk berusaha mendapatkan perhatian lelaki itu, walau sedikit saja.
Saat itu juga ia mencoba hempaskan tubuhnya yang lunglai itu diatas kasur. Jiwanya tampak terasa sedikit tenang. “Aku mengingatnya saja sudah setenang ini, apalagi bisa hidup dengannya”. Fikir gadis itu dalam hati lagi
Ya Tuhaaaaaan…..kenapa tak Engkau jadikan saja dia jodohku?. Apakah aku tak pantas berdampingan dengannya? Keluh gadis itu sambil memperhatikan langit-langit diatas kamarnya itu.
Tiba-tiba saja terdengar satu suara yang membuka pintu kamarnya Ines. Spontanitas saja ia terperanjat. Setelah dilihat-lihatnya lagi, ternyata muncul satu wajah sederhana milik kakak sulungnya Anita.
“Din kamu ngak ngampus hari ini?
“ngampus lah kak, tapi kok badan ku loyo begini yaq,
“emang loyo mikirin apa?
“mikirin bang Adrian kak....hee
“ya ampun....kamu tu ada-ada aja dech, masak Adrian anak orang terhormat itu yang kamu suka?
“emangnya salah kak?cinta ya cinta kak, mau gimana. Aku suka juga karna imannya kok.
“karna tampan dan mapannya juga kan?
“pas banget!!!!!! Kakak kan paling tahu selera aku. Lagian Tuhan juga beri anjuran tuk mencari pendamping yang terbaik, yang bisa menafkahi keluarga. Aku juga tak tega bila nanti punya suami, mama sedih memikirkan nasibku yang terkatung-katung. Aku tak sanggup melihat sedih diraut wajah mama kak.
“ya iya sih, tapi kalo suka si Adrian itu, kamu mesti mikir panjang dulu, dia suka ngak ma kamu? Ya Ampun Nes....kamu tu mimpi ketinggian.
“siapa bilang ketinggian?wajar kok kalo kamu bisa suka ma si Ad itu. Kamu ngak salah menyukai orang. Lagian dia juga lelaki yang amat baik yang pernah uda temui.
Ternyata uda Ines yang umurnya masih dibawah Anita, menyanmbung perkataan itu dari belakang. Ia sepertinya sangat mendukung perasaan adiknya itu. Karna si Ad adalah teman masa sekolahnya. Jadi sedikit banyaknya udanya sudah tahu banyak tentang lelaki itu.
“oooo jadi uda ngedukung aku ne?
“ya, iyalah...dia memang lelaki yang baik. Sholatnya aja rajin, berpendidikan tinggi. Apalagi soal agama. Tapi uda ngak tahu pasti kenapa juga si Ad itu belum punya istri sampai sekarang. Padahal dah mapan banget berumah tangga.
“itu karna lefelnya tinggi...(sambung Anita itu lagi)
“belum dapat yang di hati kali da, atau dia tu nungguin aku menjadi yang terakhir di pelabuhan hatinya...he
“gaya tak boleh tahan......sahut Anita lagi mengusik. Ya udahlah dek..kejar kalo bisa.
Perdebatan yang berlangsung sengit dengan kakak nya itu, memberikan satu bayangan hitam pada Ines. Ia tiba-tiba saja ragu dengan keinginannya tuk ingin memiliki pria tajir itu. Agaknya ia masih sedikit membenarkan juga ucapan kakaknya. Kini ia sudah mulai merasa tak pantas. Apalagi ibunya Adrian prnah menjadi majikan ibunya Ines. Ia menganggap takkan mendapatkan restu. Namun harapan dan keyakinan itu masih melekat dalam hatinya. Tak tahu kenapa ia punyai rasa yakin saja saat itu.
Esok disiang harinya, Ines teringin berjalan sendiri saja. Sambil menikmati pemandangan dibelakang rumah, selain deru ombak yang menerjang, ia bisa berteduh dibawah dahan-dahan pohon pinus...daunnya juga ramai. Yang mampu memberikan kesejukan sampai kedalam hatinya.
“andai perasaan ini bisa abadi, aku ingin rasakan hati dan jiwa yang sedamai ini setiap harinya. Berada di dahan teduh. Ibaratkan aku bisa memiliki seseorang tempat ku bersandar, agar aku bisa merasakan kesejukan ini selamanya.
“o ya?impian yang bagus....
Ines sungguh terheran, dari mana datang suara yang menyambung begitu saja kalimat yang telah ia rangkai secara indah itu. Ia sepertinya sedikit merasa terganggu. Karna ia tak ingin siapapun yang menggangunya melamunkan pria idamannya itu. Makanya ia memutuskan tuk sendiri saja dibawah pohon ini. Namun karna rasa penasaran, ia langsung menoleh kebelakang beberapa kali.
“Ya ampun..sssssssttttttt,dug..dug..dug..denyut jantung Ines sepertinya berdetak sangat kencang dan keras. Ternyata itu adalah suara yang tiada diduga tetapi dinanti-nanti bisa menyahut perkataanya. Lega sudah,... Suara yang diharap-harap itu sekarang telah berada didepan matanya. Yang bisa berkomunikasi dengannya secara langsung, dekat dengan ditelinganya.
“kenapa Nes? Uda mengganggumu?
Ia tak tahu harus berbuat apa dengan suasana hati yang terjepit itu. Bagaikan mimpin yang lewat dimalam penuh kalbu. Bagaikan jiwa yang berpadu dengan tiupan angin sejuk. Bagaikan damai menikamati dunia luar hatinya yang polos akan pengalaman tentang yang namanya perasaan.
“tidak, jawab ku dengan singkat.
“boleh aku berbicara sesuatu denganmu? Pinta lelaki itu dengan teramat sopannya. Sedangkan detak hati gadis itu semakin kencang tak beraturan. Mungkin sekarang sudah bisa terdengar sampai keluar hatinya itu.
“Ya Allah inikah indahnya cinta yang Engkau titipkan untukku”? Ucap wanita itu dalam hatinya yang sedang bermuara.
“boleh uda, silakan mau bicara apa? Lekas saja uda, karna tak baik pula ditempat seperti ini kita berduaan.
“itulah sebab uda ingin meminta Ines ikut uda kedepan pantai sana. Disana ramai Orang. Itu lebih baik untuk kita berbicara. Yuk...?
Ines menanyai hatinya saat itu, Tapi ia tak bisa utarakan dengan jelas..yang pasti ia telah merasakan kenyamanan yang luar biasa. walau masih ada rasa takut. Karna dengan berbicara dekat dengan pemuda itu, bisa saja kan membawa fitnah.
Saat ajakan pemuda itu diterimanya, ia dengan orang yang mencopot jantung ku itu berjalan dengan perlahan. Tapi jarak diantara mereka terbentang cukup jauh. Mereka sepertinya sengaja mengambil jarak seperti itu. Karna merasa enggan juga terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Apalagi Ines juga tahu pemuda itu juga seseorang yang sangat menjunjung tinggi nilai agama. Inipun dilakukannya karna sepertinya pemuda itu memang ada keperluan penting.
Setiba didepan pantai yang bertemankan ombak, Adrian mengajak Ines duduk ke warung yang sangat banyak pendatangnya. Wajah Ines terlihat sedikit melegakan. Karna mereka berbicara didepan ramai orang. Jadi, selagi bersikap sopan, pasti penduduk pantai itu tak kan marah, apalagi menebar fitnah.
Saat ini pria tampan yang berkemeja rapi itu sudah duduk didepan Ines. Dan pembicaraan itu pun berlangsung....,,
“mmm terima kasih Ines sudah mau mendengarkan apa yang akan uda ucapkan. Walaupun uda belum banyak mengenal tentang Ines, disini akan bisa membuat kita saling mengenal. Tapi uda sudah lama juga memperhatikan Ines saat kita bersua dalam kondisi manapun. Apakah itu dirumah Ines sendiri, disaat uda meminta pertolongan udanya Ines. Atau pun saat bersua dijalan, dan paling sering saat keluar dari mesjid ketika kita pulang sholat tarwih.
“apa? Berarti selama ini uda juga perhatikan Ines?
“ya, benar. Ines tak pernah tahu atau merasakannya?
“Ngakkk....tapi kalo Ines boleh tanya yang meminta uda datang temuin Ines siapa? Uda Ines kah itu?
“ya,,,
“kalo begitu pasti cuman segan ma uda aja kan?
“bukan sekedar segan, tapi uda sudah bicara dengan uda Ines bahwa uda akan melamar Ines menjadi istri uda. Jadi uda ngajak Ines kesini hanya untuk menanyakan jawaban yang benar-benar pasti dari Ines. Bagaimana?
“Ya Allah...apa aku tidak sedang bermimpi? Tapi bagaimana dengan keluarga uda, apa mereka setuju dengan semua ini?
“ya setuju lah, uda pun tak kan menikah jika tak dapat restu dari beliau. Malah mereka yang meminta uda cepat-cepat melangsungkan pernikahan denganmu.
“Alhamdulillah ya Allah,impian yang tak mungkin rasanya kudapatkan, ternyata dengan izin-Mu aku berhasil mendapatkan orang yang benar-benar aku sukai karna Mu. Engkau mengabulkan segala do’a-do’a ku. Memang tak ada yang takkan mungkin jika Engkau berkehendak.
Ternyata dalam kebahagian mendengar kata-kata lamaran itu, Adrian sudah tersenyum kecil saja melihat kearah Ines. Cara ia melihat tak bisa menyembunyikan rasa kebahagiaan yang terpancar diwajahnya. Mereka sadar, memang tiada yang tak mungkin didunia ini. Bahkan cara mereka bertemu pun suatu kisah yang tak bisa diduga dan ditebak. tak sangka dalam diam mereka sama-sama telah jatuh hati.
Malam harinya mata gadis itu tak bisa tertidur. ia hanya terbayangkan bagaimana pemuda itu bisa menjadi calon suaminya. Apalagi dimulai dengan ungkapan bicaranya yang halus itu. Itupun pertama kalinya Ines mendengar ucapan yang selembut itu dihadapan mana-mana lelaki. Karna biasanya walau Adrian sering datang kerumah Gadis itu, Ines tak pernah menangkap mata Adrian meliriknya sekalipun. Pemuda itu hanya tersenyum kecil, itupun hanya sekilas. Ines hanya bisa mengartikan senyuman itu alakadarnya. Tak berlebihan. Anehnya lagi, tak sedikitpun Ines menyadari kalau pemuda itu telah jatuh hati pula padanya. Sungguh pandai lelaki itu menghindari pandangan.
Akhirnya setelah dua keluarga restu atas harapan mereka, mereka pun melangsungkan perkawinan. Tepat di pagi hari nan cerah, jarum jam telah berada pada posisi angka sepuluh, pemuda yang bernama Adrian itu resmi menikah dengan gadis biasa yang tak jauh tinggal didekat rumahnya itu.
“sah.....?.....sah? tanya penghulu pada para saksi.
“sah................., sahut para saksi serentak dengan semua keluarga, sahabat, tetangga yang hadir di akad nikah ku pada hari itu.
Setelah akad nikah selesai, tampak diraut wajah mereka sedang merasakan kebahagian yang teramat sangat. Tiada kebahagiaan yang lebih dari ini sebelumnya dari apa yang pernah mereka rasakan. Dalam tangis Ines melafaskan satu kalimat didepan suaminya tercinta, “Alhamdulillah , akhirnya Tuhan telah mempertemukan cinta dan kasih sayang kita. Semoga hidup baru yang kita tempuh ini, selalu mendapat restu dariNya.”
“amin...jadilah istri yang sholeha buatku, kata suaminya itu sambil mengecup kening istrinya untuk pertama kalinya. Terlihat sekali diwajah mereka kemesraan yang sebenarnya. ketika kemesraan itu dilakukan dalam ibadah, dibawah ridho Allah...setelah dinilai sah dimata manusia,dan sah dimata Allah.
Dalam kebahagian yang masih bermuara, Ines dan suaminya itu langsung naik kepelaminan. Marawa terpasang sangat indah. Hiasan pelaminan itu dihiasi dengan untaian-untaian kain segitiga panjang berwarna perak. Yang menggambarkan ciri khas,tradisi atau adat-istiadat orang awak itu. Setelah akad nikah selesai, kebiasaan didaerah Minang tepatnya di Kota Payakumbuh itu, langsung mengadakan pesta (baralek) dengan mengundang seluruh kerabat, teman dan orang sekampung.
Sungguh tiada pernah diduga, gadis yang baru saja melepaskan masa lajangnya itu, kebahagiaannya telah berubah. Baru sekejap saja ia duduk berdua dipelaminan , Ia melihat ada yang aneh yang terjadi pada suaminya Adrian. Ia pun tak tahu jelas kenapa.. Wanita itu berusaha memperhatikan dengan teliti apa yang terjadi pada suaminya itu,
“uda kenapa?
Wanita itu bertambah ragu, karna suaminya tak menjawab. Adrian hanya memegang kepalanya dengan sangat kuat.
“ Ya Allah,kepalaku sakit..., kata lelaki itu sambil menatap istrinya lekat.
“Dik maafkan uda sudah tak memberitahumu tentang kondisi uda...umur uda memang tak panjang, makanya sebelum pergi, uda mau kamu jadi istri uda. Didunia kita berpisah, di akhirat kita pasti kan bertemu. Jangan lupa laksanakan perintahNya...dan......
Dengan segera wanita itu membisikkan kalimat Asyaduallailahaillalloah,wassyaduannamuhammaddarosululloh..... ketelinga suaminya.”
Kalimat itupun dengan lancar diucapkan oleh Adrian nan sholeh itu. Kini entah apa yang dirasakan wanita yang baru menikah itu. Suami yang teramat dicintainya pergi sekelip mata tanpa diduga. Mungkin hatinya telah menjerit ketika suaminya itu melepaskan genggaman dari jemarinya yang halus. yang tadinya berada kuat dalam genggamannya. Wajah suaminya itu kaku didepan matanya. Tubuhnya terbujur tak berdaya. Aliran darah suami itu telah hilang dibawa arus kematian. Terpisahlah Nyawa dan badan dari sosok Adrian. Sepertinya Ines ingin lepaskan teriakan dalam hatinya itu. Tapi ia tak mau melepaskan suaminya nya dengan air mata. Dicobanyalah tuk menahan rasa perih yang menggebu itu, yang seakan menghantam jatung dan jiwanya...
”ya Allah.....inikah takdir ku? Kenapa begitu cepat Engkau mengambilnya dari sisiku.....padahal setengah mati aku sangat menyayanginya. Namun dalam keikhlasan ku ya Allah, aku relakan ia tuk kembali padamu. tabahkanlah aku ya Allah...Asstaffirullahal’azim.....
Terakhir hati kecil wanita yang sudah menjadi janda itu mengucapkan...
“selamat tinggal suamiku tercinta, tenanglah di alam sana,aku sadar bahwa Tuhan lebih menyayagimu...”
“Tunggu!!!!!! , Jerit wanita itu dalam menghentikan keluh kesah perasaannya. “Kenapa aku tak bilang saja padanya. Tentang rasa yang menggila ini. Atau kutitipkan saja salamku untuknya melalui orang yang dekat dengannya. Kenapa tidak, ini pasti bisa membantuku. Tapi ini kan gengsi. Dan menurutku itu harus dijaga. Habis harus bagaimana ?” ucapnya dalam resah yang berkepanjangan.
Gila….,dia memang sudah gila
dengan sosok lelaki yang memiliki aura berbeda ini. Bedanya bukan karna tampannya saja. Tapi sholehnya. Ia tak pernah temui lelaki yang sholeh seperti itu di zaman yang bagitu pelik ini. Susah memang mencarinya. Saat ia masih hanyut dalam bayangan pemuda itu, datang Aira adik nya yang biasanya sengaja mengulahnya itu. Karna Aira tahu, selama ini kakaknya tak pernah menyukai lelaki sedemikian rupa. Hingga mampu mengubah air tenang menjadi ombak yang menerjang di lautan.
“kak, kok segitu sukanya si kak ma tu cowok? Tanya Aira penuh penasaran. Ines hanya bisa tersenyum kecil mendengar gaya bicara adik bungsu nya itu.
“kamu masih kecil Ai, nanti kalau Ai dah gede pasti ngerti. itupun kalau prinsip yang Ai tanamkan tak jauh beda dengan kakak.
“emang apa bedanya tu cowok dibanding yang lain?sampai kakak yang ngak pernah peduli tentang hati kakak yang kan resah sendirian. Dan kenapa bisa membuat jiwa kakak jadi terenyuh gitu?
“eee maksud kamu apa? Terenyuh gimana? Anak kecil tahu apa?
“alah...kakak kayak ngak tahu aj ma perasaan sendiri...,
“ooo adik kakak dah berani cari-cari tahu tentang isi hati kakak ne? Ya udah, kakak bilangin ya,kakak tu memang suka sama lelaki itu karna sosok yang seperti dia itu susah ditemuin.... Kamu ngerti?
“ngak ngerti-ngerti banget.
“ya itu tadi, susah ngomong sama anak yang masih dibawah umur..Aira, kakak meminta kamu jangan gangguin kakak dong, banyak tugas kuliah ne...sana sana keluar.....kakak mo konsen tau. Kalo ada kamu nanyain hal yang sama tiap harinya,pusing tau ngaak,,....
“oke kakak ku sayang, aku tak kan mengganggumu memikirkan dambaan hatimu itu.he....
ketika hari mulai meredam, mentari hanya tersenyum sedikit saja. Ines masih terdiam tanpa kata, karna masih memikirkan pemuda yang syiak itu. Ia merasa hal ini adalah yang paling bodoh yang dirasakannya. Tapi ia tetap optimis, dan selalu memberi luang kecil dalam setiap kesibukannya untuk berusaha mendapatkan perhatian lelaki itu, walau sedikit saja.
Saat itu juga ia mencoba hempaskan tubuhnya yang lunglai itu diatas kasur. Jiwanya tampak terasa sedikit tenang. “Aku mengingatnya saja sudah setenang ini, apalagi bisa hidup dengannya”. Fikir gadis itu dalam hati lagi
Ya Tuhaaaaaan…..kenapa tak Engkau jadikan saja dia jodohku?. Apakah aku tak pantas berdampingan dengannya? Keluh gadis itu sambil memperhatikan langit-langit diatas kamarnya itu.
Tiba-tiba saja terdengar satu suara yang membuka pintu kamarnya Ines. Spontanitas saja ia terperanjat. Setelah dilihat-lihatnya lagi, ternyata muncul satu wajah sederhana milik kakak sulungnya Anita.
“Din kamu ngak ngampus hari ini?
“ngampus lah kak, tapi kok badan ku loyo begini yaq,
“emang loyo mikirin apa?
“mikirin bang Adrian kak....hee
“ya ampun....kamu tu ada-ada aja dech, masak Adrian anak orang terhormat itu yang kamu suka?
“emangnya salah kak?cinta ya cinta kak, mau gimana. Aku suka juga karna imannya kok.
“karna tampan dan mapannya juga kan?
“pas banget!!!!!! Kakak kan paling tahu selera aku. Lagian Tuhan juga beri anjuran tuk mencari pendamping yang terbaik, yang bisa menafkahi keluarga. Aku juga tak tega bila nanti punya suami, mama sedih memikirkan nasibku yang terkatung-katung. Aku tak sanggup melihat sedih diraut wajah mama kak.
“ya iya sih, tapi kalo suka si Adrian itu, kamu mesti mikir panjang dulu, dia suka ngak ma kamu? Ya Ampun Nes....kamu tu mimpi ketinggian.
“siapa bilang ketinggian?wajar kok kalo kamu bisa suka ma si Ad itu. Kamu ngak salah menyukai orang. Lagian dia juga lelaki yang amat baik yang pernah uda temui.
Ternyata uda Ines yang umurnya masih dibawah Anita, menyanmbung perkataan itu dari belakang. Ia sepertinya sangat mendukung perasaan adiknya itu. Karna si Ad adalah teman masa sekolahnya. Jadi sedikit banyaknya udanya sudah tahu banyak tentang lelaki itu.
“oooo jadi uda ngedukung aku ne?
“ya, iyalah...dia memang lelaki yang baik. Sholatnya aja rajin, berpendidikan tinggi. Apalagi soal agama. Tapi uda ngak tahu pasti kenapa juga si Ad itu belum punya istri sampai sekarang. Padahal dah mapan banget berumah tangga.
“itu karna lefelnya tinggi...(sambung Anita itu lagi)
“belum dapat yang di hati kali da, atau dia tu nungguin aku menjadi yang terakhir di pelabuhan hatinya...he
“gaya tak boleh tahan......sahut Anita lagi mengusik. Ya udahlah dek..kejar kalo bisa.
Perdebatan yang berlangsung sengit dengan kakak nya itu, memberikan satu bayangan hitam pada Ines. Ia tiba-tiba saja ragu dengan keinginannya tuk ingin memiliki pria tajir itu. Agaknya ia masih sedikit membenarkan juga ucapan kakaknya. Kini ia sudah mulai merasa tak pantas. Apalagi ibunya Adrian prnah menjadi majikan ibunya Ines. Ia menganggap takkan mendapatkan restu. Namun harapan dan keyakinan itu masih melekat dalam hatinya. Tak tahu kenapa ia punyai rasa yakin saja saat itu.
Esok disiang harinya, Ines teringin berjalan sendiri saja. Sambil menikmati pemandangan dibelakang rumah, selain deru ombak yang menerjang, ia bisa berteduh dibawah dahan-dahan pohon pinus...daunnya juga ramai. Yang mampu memberikan kesejukan sampai kedalam hatinya.
“andai perasaan ini bisa abadi, aku ingin rasakan hati dan jiwa yang sedamai ini setiap harinya. Berada di dahan teduh. Ibaratkan aku bisa memiliki seseorang tempat ku bersandar, agar aku bisa merasakan kesejukan ini selamanya.
“o ya?impian yang bagus....
Ines sungguh terheran, dari mana datang suara yang menyambung begitu saja kalimat yang telah ia rangkai secara indah itu. Ia sepertinya sedikit merasa terganggu. Karna ia tak ingin siapapun yang menggangunya melamunkan pria idamannya itu. Makanya ia memutuskan tuk sendiri saja dibawah pohon ini. Namun karna rasa penasaran, ia langsung menoleh kebelakang beberapa kali.
“Ya ampun..sssssssttttttt,dug..dug..dug..denyut jantung Ines sepertinya berdetak sangat kencang dan keras. Ternyata itu adalah suara yang tiada diduga tetapi dinanti-nanti bisa menyahut perkataanya. Lega sudah,... Suara yang diharap-harap itu sekarang telah berada didepan matanya. Yang bisa berkomunikasi dengannya secara langsung, dekat dengan ditelinganya.
“kenapa Nes? Uda mengganggumu?
Ia tak tahu harus berbuat apa dengan suasana hati yang terjepit itu. Bagaikan mimpin yang lewat dimalam penuh kalbu. Bagaikan jiwa yang berpadu dengan tiupan angin sejuk. Bagaikan damai menikamati dunia luar hatinya yang polos akan pengalaman tentang yang namanya perasaan.
“tidak, jawab ku dengan singkat.
“boleh aku berbicara sesuatu denganmu? Pinta lelaki itu dengan teramat sopannya. Sedangkan detak hati gadis itu semakin kencang tak beraturan. Mungkin sekarang sudah bisa terdengar sampai keluar hatinya itu.
“Ya Allah inikah indahnya cinta yang Engkau titipkan untukku”? Ucap wanita itu dalam hatinya yang sedang bermuara.
“boleh uda, silakan mau bicara apa? Lekas saja uda, karna tak baik pula ditempat seperti ini kita berduaan.
“itulah sebab uda ingin meminta Ines ikut uda kedepan pantai sana. Disana ramai Orang. Itu lebih baik untuk kita berbicara. Yuk...?
Ines menanyai hatinya saat itu, Tapi ia tak bisa utarakan dengan jelas..yang pasti ia telah merasakan kenyamanan yang luar biasa. walau masih ada rasa takut. Karna dengan berbicara dekat dengan pemuda itu, bisa saja kan membawa fitnah.
Saat ajakan pemuda itu diterimanya, ia dengan orang yang mencopot jantung ku itu berjalan dengan perlahan. Tapi jarak diantara mereka terbentang cukup jauh. Mereka sepertinya sengaja mengambil jarak seperti itu. Karna merasa enggan juga terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Apalagi Ines juga tahu pemuda itu juga seseorang yang sangat menjunjung tinggi nilai agama. Inipun dilakukannya karna sepertinya pemuda itu memang ada keperluan penting.
Setiba didepan pantai yang bertemankan ombak, Adrian mengajak Ines duduk ke warung yang sangat banyak pendatangnya. Wajah Ines terlihat sedikit melegakan. Karna mereka berbicara didepan ramai orang. Jadi, selagi bersikap sopan, pasti penduduk pantai itu tak kan marah, apalagi menebar fitnah.
Saat ini pria tampan yang berkemeja rapi itu sudah duduk didepan Ines. Dan pembicaraan itu pun berlangsung....,,
“mmm terima kasih Ines sudah mau mendengarkan apa yang akan uda ucapkan. Walaupun uda belum banyak mengenal tentang Ines, disini akan bisa membuat kita saling mengenal. Tapi uda sudah lama juga memperhatikan Ines saat kita bersua dalam kondisi manapun. Apakah itu dirumah Ines sendiri, disaat uda meminta pertolongan udanya Ines. Atau pun saat bersua dijalan, dan paling sering saat keluar dari mesjid ketika kita pulang sholat tarwih.
“apa? Berarti selama ini uda juga perhatikan Ines?
“ya, benar. Ines tak pernah tahu atau merasakannya?
“Ngakkk....tapi kalo Ines boleh tanya yang meminta uda datang temuin Ines siapa? Uda Ines kah itu?
“ya,,,
“kalo begitu pasti cuman segan ma uda aja kan?
“bukan sekedar segan, tapi uda sudah bicara dengan uda Ines bahwa uda akan melamar Ines menjadi istri uda. Jadi uda ngajak Ines kesini hanya untuk menanyakan jawaban yang benar-benar pasti dari Ines. Bagaimana?
“Ya Allah...apa aku tidak sedang bermimpi? Tapi bagaimana dengan keluarga uda, apa mereka setuju dengan semua ini?
“ya setuju lah, uda pun tak kan menikah jika tak dapat restu dari beliau. Malah mereka yang meminta uda cepat-cepat melangsungkan pernikahan denganmu.
“Alhamdulillah ya Allah,impian yang tak mungkin rasanya kudapatkan, ternyata dengan izin-Mu aku berhasil mendapatkan orang yang benar-benar aku sukai karna Mu. Engkau mengabulkan segala do’a-do’a ku. Memang tak ada yang takkan mungkin jika Engkau berkehendak.
Ternyata dalam kebahagian mendengar kata-kata lamaran itu, Adrian sudah tersenyum kecil saja melihat kearah Ines. Cara ia melihat tak bisa menyembunyikan rasa kebahagiaan yang terpancar diwajahnya. Mereka sadar, memang tiada yang tak mungkin didunia ini. Bahkan cara mereka bertemu pun suatu kisah yang tak bisa diduga dan ditebak. tak sangka dalam diam mereka sama-sama telah jatuh hati.
Malam harinya mata gadis itu tak bisa tertidur. ia hanya terbayangkan bagaimana pemuda itu bisa menjadi calon suaminya. Apalagi dimulai dengan ungkapan bicaranya yang halus itu. Itupun pertama kalinya Ines mendengar ucapan yang selembut itu dihadapan mana-mana lelaki. Karna biasanya walau Adrian sering datang kerumah Gadis itu, Ines tak pernah menangkap mata Adrian meliriknya sekalipun. Pemuda itu hanya tersenyum kecil, itupun hanya sekilas. Ines hanya bisa mengartikan senyuman itu alakadarnya. Tak berlebihan. Anehnya lagi, tak sedikitpun Ines menyadari kalau pemuda itu telah jatuh hati pula padanya. Sungguh pandai lelaki itu menghindari pandangan.
Akhirnya setelah dua keluarga restu atas harapan mereka, mereka pun melangsungkan perkawinan. Tepat di pagi hari nan cerah, jarum jam telah berada pada posisi angka sepuluh, pemuda yang bernama Adrian itu resmi menikah dengan gadis biasa yang tak jauh tinggal didekat rumahnya itu.
“sah.....?.....sah? tanya penghulu pada para saksi.
“sah................., sahut para saksi serentak dengan semua keluarga, sahabat, tetangga yang hadir di akad nikah ku pada hari itu.
Setelah akad nikah selesai, tampak diraut wajah mereka sedang merasakan kebahagian yang teramat sangat. Tiada kebahagiaan yang lebih dari ini sebelumnya dari apa yang pernah mereka rasakan. Dalam tangis Ines melafaskan satu kalimat didepan suaminya tercinta, “Alhamdulillah , akhirnya Tuhan telah mempertemukan cinta dan kasih sayang kita. Semoga hidup baru yang kita tempuh ini, selalu mendapat restu dariNya.”
“amin...jadilah istri yang sholeha buatku, kata suaminya itu sambil mengecup kening istrinya untuk pertama kalinya. Terlihat sekali diwajah mereka kemesraan yang sebenarnya. ketika kemesraan itu dilakukan dalam ibadah, dibawah ridho Allah...setelah dinilai sah dimata manusia,dan sah dimata Allah.
Dalam kebahagian yang masih bermuara, Ines dan suaminya itu langsung naik kepelaminan. Marawa terpasang sangat indah. Hiasan pelaminan itu dihiasi dengan untaian-untaian kain segitiga panjang berwarna perak. Yang menggambarkan ciri khas,tradisi atau adat-istiadat orang awak itu. Setelah akad nikah selesai, kebiasaan didaerah Minang tepatnya di Kota Payakumbuh itu, langsung mengadakan pesta (baralek) dengan mengundang seluruh kerabat, teman dan orang sekampung.
Sungguh tiada pernah diduga, gadis yang baru saja melepaskan masa lajangnya itu, kebahagiaannya telah berubah. Baru sekejap saja ia duduk berdua dipelaminan , Ia melihat ada yang aneh yang terjadi pada suaminya Adrian. Ia pun tak tahu jelas kenapa.. Wanita itu berusaha memperhatikan dengan teliti apa yang terjadi pada suaminya itu,
“uda kenapa?
Wanita itu bertambah ragu, karna suaminya tak menjawab. Adrian hanya memegang kepalanya dengan sangat kuat.
“ Ya Allah,kepalaku sakit..., kata lelaki itu sambil menatap istrinya lekat.
“Dik maafkan uda sudah tak memberitahumu tentang kondisi uda...umur uda memang tak panjang, makanya sebelum pergi, uda mau kamu jadi istri uda. Didunia kita berpisah, di akhirat kita pasti kan bertemu. Jangan lupa laksanakan perintahNya...dan......
Dengan segera wanita itu membisikkan kalimat Asyaduallailahaillalloah,wassyaduannamuhammaddarosululloh..... ketelinga suaminya.”
Kalimat itupun dengan lancar diucapkan oleh Adrian nan sholeh itu. Kini entah apa yang dirasakan wanita yang baru menikah itu. Suami yang teramat dicintainya pergi sekelip mata tanpa diduga. Mungkin hatinya telah menjerit ketika suaminya itu melepaskan genggaman dari jemarinya yang halus. yang tadinya berada kuat dalam genggamannya. Wajah suaminya itu kaku didepan matanya. Tubuhnya terbujur tak berdaya. Aliran darah suami itu telah hilang dibawa arus kematian. Terpisahlah Nyawa dan badan dari sosok Adrian. Sepertinya Ines ingin lepaskan teriakan dalam hatinya itu. Tapi ia tak mau melepaskan suaminya nya dengan air mata. Dicobanyalah tuk menahan rasa perih yang menggebu itu, yang seakan menghantam jatung dan jiwanya...
”ya Allah.....inikah takdir ku? Kenapa begitu cepat Engkau mengambilnya dari sisiku.....padahal setengah mati aku sangat menyayanginya. Namun dalam keikhlasan ku ya Allah, aku relakan ia tuk kembali padamu. tabahkanlah aku ya Allah...Asstaffirullahal’azim.....
Terakhir hati kecil wanita yang sudah menjadi janda itu mengucapkan...
“selamat tinggal suamiku tercinta, tenanglah di alam sana,aku sadar bahwa Tuhan lebih menyayagimu...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar